Senin, 14 Juli 2008

Ananta

Hum...lama juga ya rapatnya. Sudah dua jam ini aku bersama anak-anak ini. Semakin ga jelas aja deh kerjaannya. Dari tadi aku hanya di depan kompu ini. Tidak jelas juga apa yang aku lakukan. Dan semoga saja rapatnya berhasil.

Yang aku dengar, ada pergantian satu dewan. Semoga saja itu tak memberatkan keputusan rapat yang harus diambil. Walau biasanya aku tahu rapat dana merupakan rapat yang paling alot. Terlalu lama dan terlalu banyak yang harus dipertimbangkan. Karena itu aku lebih memilih anak itu yang maju.

*Brakkk!!* tiba-tiba pintu dibanting terbuka. Li masuk dengan nafas terengah-engah dan tampang kesal bukan main. Anak-anak lain juga terkejut dan mereka mulai berbisik-bisik.

Pertanda buruk.

“Le, kenapa lu?”

“Sialan..” ia membuka jasnya dengan kasar, melemparnya ke sudut ruangan.

”Ada apa sih?” aku menghampirinya. Wajahnya kusut bukan main.

”Damn! Dana ga bisa turun..”

”APA?? Serius lu???”

”Iya! Gue udah jelasin perincian proposal kita ke mereka, tapi katanya keputusan hasil rapat sudah ditentukan dan dana diprioritaskan untuk proyek anak padus”

”Padus???? Mereka bikin proyek apa? Kok bisa-bisanya lu kalah sama mereka??”

”Ketuanya baru..dia yang maju againts gue tadi..aarrrgh! sialan!”

Saking kesalnya ia memukul tembok hingga bentuknya jadi cekung. Gila. Baru kali iini si singa betina kalah dalam rapat. Hebat benar yang bisa mengalahkannya seperti ini. Padahal proposal kami sudah disusun demikian rupa. Tanpa kebocoran sedikitpun. Tanpa cacat. Tapi kenapa bisa ga tembus juga seperti ini? Jangan-jangan ada yang ga beres sama dewan kali ini..

”Siapa sih yang maju dari mereka?” aku menatap Li yang belum juga bisa tenang. Ia mengacak-acak rambut nya sendiri dan berjalan mondar-mandir.

”Reiki..”

”Apa?”

Tidak ada komentar: