Minggu, 13 Juli 2008

hmm....


Jinsen wa subarashii natte anata to aetakara..

Isshouni anata to futari eien no ai...

Nyaris tiga masa sudah sejak masa itu.

Aku menatap sebuah cincin platina yang melingkar di jari tengahku. Ia bersinar terpantulkan cahaya lampu kamarku yang sebenarnya nggak pernah diganti dari kapan tahu tapi entah mengapa dia tak juga lelah berpendar. Padahal yang disinari sudah lama ingin bungkam dan lari saja.

Humm...

Dua tahun bukan masa yang singkat menurutku. Tak pernah-pernahnya aku mencintai seseorang sampai sebegininya. Gila. Aku sudah begitu ketakutan dari entah sejak kapan. Takut akan hubungan ini akan berakhir atau gimana tapi...em...aku tak tahu harus berbuat apa. Aku ga sanggup kalau harus meninggalkannya. Tidak. Terima kasih.

Hum....

Kalau ada yang tanya pun aku tak tahu harus jawab apa. Karena dia sudah menjadi bagian hidupku. Dan saat ini tak ada yang aku nanti seperti aku menanti bertemu dengannya. Namun, apa aku masih boleh berharap ketika lembaran itu mungkin kembali tertutup debu atau bahkan terhanyut dalam banjir yang makin menyesakkan ku.

Apa mungkin detik-detik ini masih boleh berlanjut? Terajut sedemikian rupa hingga terjalin dan mengikat.. apa mungkin kata-kata yang menetes deras ini bisa mengalir bebas tanpa ada satu pun penghalang yang bisa saja membuatnya tak jadi bermakna dan terhapus begitu saja sepeti hujan menyapu debu siang hari ketika terik-teriknya.

Humm....

Kalau saja hari itu tidak jadi ada, apa mungkin aku masih orang yang sama? Makhluk bertulang belakang yang terlalu banyak berpikir hingga dapat dengan cepat melupakan apa yang baru saja terpola dengan begitu rapinya.

Di satu daerah terpencil apakah hal ini akan dipertimbangkan? Atau malah karena aku hidup di kota besar yang sibuk dan tak memikirkan masalah pribadi orang kecuali mereka yang disebut artis2 itu hingga masalah ini seakan telah mengambang aman di permukaan.

Dipandang, namun tidak tersentuh.

Tidak ada komentar: